Resensi Novel Utsukushisa To Kanashimi To Karangan Yasunari Kawabata

Pengarang                   : Yasunari Kawabata
Penerbit                       : Jalasutra
Jumlah Halaman          : 256 Halaman
Penterjemah                : Sobar Hartini
Terbitan / Edisi            : Cetakan ke III (2006)

Sinopsis                       :
Novel ini pertama kali diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Asrul Sani pada Tahun 1980. Utsukushisa To Kanashimi To merupakan novel terakhir karya Yasunari Kawabata sebelum ia ditemukan tewas karena bunuh diri pada Tahun 1972. Novel ini juga telah diangkat ke layar lebar dengan judul With Beauty and Sadness (1965).
Novel ini berpusat pada tokoh utama Oki Toshio yang memiliki kenangan cinta masa lalu pada seorang perempuan, Ueno Otoko. Namun, dari cinta masa lalu tersebut, seorang perempuan muda, Keiko, menjadi saksi hidup betapa cinta dan kebencian hanya beda setipis.
Utsukushisa To  Kanashimi To adalah sebuah novel psikologis yang menceritakan konflik serta hubungan cinta segitiga yang sangat rumit. Novel ini penuh dengan konflik kejiwaan  antara tokoh-tokohnya yang melahirkan perselingkuhan, perasaan cemburu, kebencian, cinta buta, dan penghianatan. Alur ceritanya pun  dramatis karena dibumbui oleh perilaku seks  tokoh-tokohnya yang menyimpang serta melibatkan usaha balas dendam akibat kecemasan dan ketakutan akan kehilangan cinta kasih.
Konflik yang menyebabkan ketegangan jiwa itu melibatkan tiga tokoh utama, yaitu  Otoko,  Oki, dan Keiko.  Otoko adalah tokoh utama wanita yang mempunyai pengalaman memilukan di usia mudanya.  Pengalaman memilukan tersebut menyebabkan ia mengalami gejala neurotik yang berpengaruh terhadap karakter serta kepribadiannya. Pengalaman memilukan tersebut dimulai ketika pada usia lima belas tahun ia jatuh cinta pada seorang pria dewasa bernama Oki berumur tiga puluh tahun yang sudah berkeluarga.  Alam bawah sadarnya mendorong  Otoko berani menentang norma masyarakat  dan orang tuanya karena kepolosannya, ia rela menyerahkan kegadisannya.  Otoko pun hamil diusia yang masih sangat muda.   Oki tidak mau bertanggung jawab karena ia sudah punya anak dan istri.  Otoko  sedih menerima kenyataan itu sehingga menyebabkan bayinya lahir prematur dan akhirnya meninggal dunia.  Kematian bayinya itu sangat menggoncangkan jiwa Otoko.  Konflik batin dan kesedihan yang dirasakan Otoko mendorong alam bawah sadarnya untuk berbuat  nekad bunuh diri, tetapi  Otoko bisa diselamatkan meskipun untuk penyembuhannya harus masuk rumah sakit jiwa.  Akhirnya, Otoko dibawa pindah oleh ibunya ke kota Kyoto. Di kota Kyoto yang tenang, Otoko belajar melukis dan jadilah seorang pelukis terkenal. Perpisahan yang menyedihkan dengan Oki, serta trauma kehilangan anak, telah mempengaruhi kondisi kejiwaan  Otoko.  Meskipun  Otoko sudah menjadi seorang pelukis terkenal dan sudah tenang tinggal di  Kyoto, efek dari peristiwa memilukan yang dialaminya di masa lalu tersebut terbawa terus dalam kehidupannya. Salah satunya adalah  sering munculnya keinginan untuk mati.  Banyak peristiwa dalam novel ini yang menyiratkan insting kematian  Otoko.  Insting kematian  Otoko merupakan dorongan alam bawah sadar  yang dipicu oleh peristiwa-peristiwa traumatik di masa lalunya.
24 tahun kemudian Oki pergi ke Kyoto untuk bertemu dengan Otoko. Pada saat itu Otoko sudah menjadi seorang pelukis terkenal dan mempunyai seorang murid bernama Keiko. Oki akhirnya dapat bertemu kembali dengan Otoko di Kyoto pada saat tahun baru. Pada saat pertemuannya tersebut Otoko datang bersama Keiko.
Keiko yang tinggal bersama dengan Otoko mengetahui kisah cinta Otoko dengan Oki. Keiko yang mencintai Otoko ingin balas dendam kepada Oki karena telah menyakiti Otoko dan karena ia juga cemburu terhadap Oki. Keiko juga mengetahui bahwa Otoko masih mencintai Oki. Maka dari itu setelah pertemuan pertama Keiko dengan Oki di tahun baru, Keiko mulai mendekati dan merayu Oki untuk rencana balas dendamnya tersebut. Namun Keiko tidak hanya mengincar Oki, anak Oki yaitu Taichiro juga dirayunya.

Di akhir cerita Keiko tampaknya benar-benar mulai menyukai Taichiro. Ia menemani Taichiro untuk melakukan penelitian di Kyoto. Setelah selesai melakukan penelitian, Keiko meminta pada Taichiro untuk bersama menaiki boat. Walaupun pada awalnya menolak, pada akhirnya Toichiro menemaninya. Namun boat yang mereka timpangi mengalami kecelakaan. Keiko berhasil diselamatkan sedangkan Taichiro belum ditemukan. Oki dan istrinya datang melihat keadaan Keiko dirumah sakit. Pada saat itu Keiko ditemani oleh Otoko. Istri Oki menyalahkan mereka atas kejadian yang menimpa anak mereka. Keiko hanya bisa menangis mendengarkannya.

Comments

Popular Posts