Carok dan Harga Diri Orang Madura

Menurut Zulkarnain, dkk. (2003: 75) Carok dalam bahasa Kawikuno artinya perkelahian. Sebagian masyarakat Madura terutama di daerah pedalaman banyak menggunakan Carok dalam menyelesaikan masalahnya. Carok merupakan cara untuk melampiaskan amarahnya ketika harga dirinya oleh orang lain, yang berhubungan dengan harta,tahta, tanah, dan, wanita. Carok ini telah ada sejak lama yakni pada kolonial belanda. Senjata yang digunakan dalam melakukan carok sebuah “Celurit”. Celurit adalah senjata yang selalu digunakan menghabisi lawan. Carok dianggap sebagai upaya membela jati diri baik individual maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan berkehidupan. (http://digilib.uinsby.ac.id/74/2/Bab%201.pdf)

Orang Madura memiliki rasa kultural yang menimbulkan rasa malu dapat menimbulkan tindakan kekerasan atau carok di dalam pengalaman orang Madura berkaitan dengan kasus kasus berikut ini; 1) gangguan atas istri. Orang Madura akan mudah terpancing dan melakukan pembelaan dalam bentuk carok kalau istrinya diganggu. Begitu juga dengan adanya sikap cemburu, kalau kemudian terjadi perselingkuhan sang istri dengan orang lain. Lelaki yang berselingkuh dengan istri orang itulah yang akan menjadi sasaran dari sang suami. 2) balas dendam. Upaya melakukan pembalasan bila terdapat diantara salah satu anggota keluaraga yang terbunuh. 3) mempertahankan martabat dan 4) mempertahankan harta warisan. (Wiyata, 2002; 89-159). Jadi dalam peristiwa carok motif dan sasarannya sangat jelas, yakni individu yang sedang saling berselisih paham yang sulit didamaikan karena sudah menyangkut harga diri yang terluka. (https://kyotoreview.org/wp-content/uploads/Abdur-Rozaki-Ind.pdf)

Peristiwa Carok terjadi pada siang hari disaat suasana desa sangat lenggang, karena pada saat yang sama, hampir semua orang desa sedang melaksanakan ibadah salat zuhur.6 Tindakan carok merupakan manifestasi dari upaya membela dan menjaga harga diri dengan jalan kekerasan.

Peran kiai dalam membendung orang yang hendak melakukan Carok. biasanya lebih dahulu datang ke rumah kiai untuk minta restu dan nasehat. Apabila kiai tidak memberikan restunya, dapat dipastikan mereka tidak akan melanjudkan rencana Carok tersebut. biasanya, pelaku Carok minta ilmu kekebalan untuk membentengi diri sehingga kebal terhadap serangan musuh pada kiai dengan cara melakukan pengisian mantra(bacaan-bacaan) ke badan pelaku Carok. Kiai sebagai figure yang harus. dianut setidaknya member contoh yang baik terhadap masyarakat yang notabene masih belum begitu mengerti mengenai agama maupun aturan aturan
yang ada didalamnya.(http://digilib.uinsby.ac.id/74/2/Bab%201.pdf)

Masyarakat Madura juga dikenal dengan karakteristik yang menonjol, yaitu karakter apa adanya. Sifat masyarakat Madura ekspresif, spontan, dan terbuka. Ekspresivitas, spontanitas, dan keterbukaan orang Madura, senantiasa termanifestasikan ketika harus merespon segala sesuatu yang dihadapi, khususnya terhadap perlakuan orang lain atas dirinya. Demikian halnya dengan nilai kesopanan. Penghormatan orang Madura terhadap nilai-nilai kesopanan sangat tinggi. Begitu pentingnya nilai kesopanan sehingga terdapat banyak ungkapan yang berkaitan dengan hal tersebut.(http://digilib.uinsby.ac.id/74/2/Bab%201.pdf)

Comments

Popular Posts