Resensi Novel Rashomon Karangan Akutagawa Ryunosuke
Judul Buku : Rashomon
Pengarang : Akutagawa Ryunosuke
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Jumlah
Halaman : 234 halaman
Penterjemah : Bambang Wibawarta
Terbitan / Edisi :
Februari 2004Buku karya Akutagawa Ryunosuke ini pada hakikatnya menggambarkan banyak hal yang saling bertentangan dalam hidup. Seperti baik dan buruk, jahat dan baik, salah dan benar dsb. Dan hal-hal yang saling bertentangan tersebut pada dasarnya memiliki batasan yang sangat tipis. Disini disajikan cerita tentang pertentangan dan perubahan keteguhan dalam hati yang menyangkut konflik tentang kehidupan yang dimiliki.
Seperti pada cerita “Rashomon”, saat seorang Genin (samurai kelas rendah) yang telah dipecat dari pekerjaannya, bertemu dengan seorang nenek di Rajomon (gerbang besar), yang bertahan hidup dengan mencabuti rambut mayat dan menjualnya sebagai cemara. Sang Genin sebenarnya tidak menyukai apa yang diperbuat oleh si nenek. Namun di pihak lain, saat itu bencana demi bencana melanda kota Kyoto sedemikian rupa. Akhirnya sang Genin goyah hatinya dan justru merampok nenek tersebut. Ia memilih menjadi pencuri agar tidak mati kelaparan.
Kemudian pada cerita “Yabu no Naka”, menghadirkan teka-teki kasus pembunuhan di dalam semak belukar yang melibatkan sepasang suami-istri dan seorang pencoleng. Korban adalah sang suami dan tersangka adalah istrinya dan pencoleng. Si pencoleng mengaku bahwa ialah yang membunuhnya dalam pertarungan pedang setelah berhasil memperkosa sang istri. Namun, sang istri justru mengaku bahwa dirinya yang telah membunuh sang suami karena suaminya tak sudi menerimanya lagi setelah ia diperkosa. Lalu, kasus ini terselesaikan setelah mendengar kesaksian dari roh sang suami yang dipanggil melalui perantara seorang pendeta Budha. Terungkaplah bahwa setelah diperkosa, sang istri termakan rayuan dan memilih hidup bersama pencoleng tersebut. Bahkan sang istri meminta pencoleng itu membunuh suaminya. Tetapi pencoleng itu enggan dan justru menghinanya sehingga ia pun kabur. Sang suami akhirnya memilih mati bunuh diri.
Dan yang terakhir adalah “Hana”, yang menceritakan seorang pendeta berhidung panjang. Ia menyembunyikan perasaan terganggu atas hidungnya dan diam-diam mencoba segala cara agar hidungnya menjadi pendek. Namun ketika berhasil, dia justru menjadi bahan tertawaan dan merasa lebih terganggu daripada sebelumnya. Di akhir cerita, saat hidungnya kembali seperti semula, ia justru merasa lega.
Novel Rashomon menunjukkan bahwa dalam novel Rashomon『羅生門』terdapat gejala psikologis yang tercermin dalam tokoh-tokohnya. Gejala psikologis tersebut adalah frustasi dan reaksi terhadap frustasi itu sendiri yang sedang menimpa tokoh-tokohnya. Perubahan kehidupan yang terjadi secara tiba-tiba ternyata sangat mempengaruhi psikologis tokoh-tokoh dalam cerpen Rashomon『羅生門』ini. Sehingga berakibat timbulnya frustasi, dimana setiap frustasi selalu memanggil reaksi frustasi yang bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif secara kejiwaan. Dengan tujuan memperoleh hasil analisis yang mendalam, penelitian ini membatasi analisis pada tokoh Genin「下人」 sebagai tokoh utama dan tokoh Nenek tua「老婆」 sebagai tokoh tambahan dalam cerpen Rashomon.
Comments
Post a Comment