Resensi Novel Shiosai (Senandung Ombak) Oleh Yukio Mishima
Judul Buku : SENANDUNG OMBAK ( The Sound of Waves )
Judul Asli : SHIOSAI
Pengarang : Yukio Mishima
Penerjemah : Ayatrohaedi
Jumlah Halaman : 182 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Penerbit : PUSTAKA JAYA
Edisi : Cetakan Pertama (1976)
Senandung Ombak, kisah cinta di pulau Utajima ini menceritakan seorang pemuda nelayan bernama Shinji dan seorang gadis pencari mutiara Hatsune yang tengah dilanda cinta. Hubungan mereka pada awalnya sempat tidak direstui oleh kedua orang tua mereka karena desas desus tentang hubungan mereka yang dikabarkan sudah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Sedangkan Chiyoko, anak kepala penjaga mercusuar mencintai Shinji dan Yasuo, ketua dari perkumpulan nelayan muda di Utajima pun mencintai Hatsune. Penantian cinta yang berliku – liku dan penuh rintangan tetap membuat Shinji dan Hatsue tetap tabah dalam menjalani. Hingga pada suatu saat ketika kedua pemuda yang mencintai Hatsue, Shinji dan Yasuo bertemu untuk bekerja di kapal Utajima-Maru. Pada usia 17 tahun mereka akan memulai latihan samudera dengan apa yang dikatakan dengan “pencuci beras”. Dengan memanfaatkan kesempatan itu, ayah Hatsue mereka menguji mereka untuk berada dalam kapal Utajima-Maru untuk berlayar bersama nahkoda yang diutus secara rahasia untuk melihat kelayakan kedua pemuda tersebut. Di tengah perjalanan, terdapat badai yang sangat besar sehingga mengakibatkan sekat tambang yang mengikatkan Utajima-Maru pada pelampung lepas tetapi tidak ada yang berani mengambilnya selain Shinji. Atas laporan dari nahkoda terbut maka ayah Hatsue memutuskan untuk mengangkat Shinji sebagai suami Hatsue walaupun dalam cerita akhirnya masih sebatas tunangan.
Dalam novel Shiosai (Senandung Ombak) ini, lokasi peristiwa terjadi di sebuah perkampungan nelayan yang masih alami dan sederhana, yaitu Utajima. Latar menjadi unsur yang dominan karena mewarnai hampir setiap peristiwa sehingga Utajima tampak khas, spesifik dan tipikal.
Latar fisik yang terdapat dalam novel Shiosai (Senandung Ombak), meliputi tempat dan waktu. Tempat diUtajima, pantai Taman, gua di tanjung Benten, rumah, pemandian umum, mercusuar, kuil Yashiro, gunung Higashi dan kuburan. Waktu : musim panas, musim semi, musim salju, saat senja, saat badai.
Latar spiritual yang terdapat dalam novel Shiosai (Senandung Ombak), meliputi adat istiadat, kepercayaan dan tata cara. Adat istiadat yaitu ojigi, pergi ke sentô dan latihan samudra. Kepercayaan yaitu kepercayaan pada Tuhan, kepercayaan diri sendiri dan kepercayaan pada orang lain. Tata cara yaitu sikap saling tolong menolong, saling sapa dan kepekaan membaca situasi secara alami (waktu, cuaca, naik turunnya air laut dan sebagainya).
Sikap tokoh terhadap alam adalah positif, karena alam memberinya hidup dan penghidupan yang
baik. Sikap itu antara lain berupa kepuasan, bersahabat, menyatu dengan alam, kehendak kuat dan pantang menyerah. Dengan mengetahui gambaran latar dari suatu karya sastra, kita dapat menambah pengalaman dan informasi mengenai tempat atau hal-hal baru yang belum pernah didengar atau dilihat.
Judul Asli : SHIOSAI
Pengarang : Yukio Mishima
Penerjemah : Ayatrohaedi
Jumlah Halaman : 182 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Penerbit : PUSTAKA JAYA
Edisi : Cetakan Pertama (1976)
Senandung Ombak, kisah cinta di pulau Utajima ini menceritakan seorang pemuda nelayan bernama Shinji dan seorang gadis pencari mutiara Hatsune yang tengah dilanda cinta. Hubungan mereka pada awalnya sempat tidak direstui oleh kedua orang tua mereka karena desas desus tentang hubungan mereka yang dikabarkan sudah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Sedangkan Chiyoko, anak kepala penjaga mercusuar mencintai Shinji dan Yasuo, ketua dari perkumpulan nelayan muda di Utajima pun mencintai Hatsune. Penantian cinta yang berliku – liku dan penuh rintangan tetap membuat Shinji dan Hatsue tetap tabah dalam menjalani. Hingga pada suatu saat ketika kedua pemuda yang mencintai Hatsue, Shinji dan Yasuo bertemu untuk bekerja di kapal Utajima-Maru. Pada usia 17 tahun mereka akan memulai latihan samudera dengan apa yang dikatakan dengan “pencuci beras”. Dengan memanfaatkan kesempatan itu, ayah Hatsue mereka menguji mereka untuk berada dalam kapal Utajima-Maru untuk berlayar bersama nahkoda yang diutus secara rahasia untuk melihat kelayakan kedua pemuda tersebut. Di tengah perjalanan, terdapat badai yang sangat besar sehingga mengakibatkan sekat tambang yang mengikatkan Utajima-Maru pada pelampung lepas tetapi tidak ada yang berani mengambilnya selain Shinji. Atas laporan dari nahkoda terbut maka ayah Hatsue memutuskan untuk mengangkat Shinji sebagai suami Hatsue walaupun dalam cerita akhirnya masih sebatas tunangan.
Dalam novel Shiosai (Senandung Ombak) ini, lokasi peristiwa terjadi di sebuah perkampungan nelayan yang masih alami dan sederhana, yaitu Utajima. Latar menjadi unsur yang dominan karena mewarnai hampir setiap peristiwa sehingga Utajima tampak khas, spesifik dan tipikal.
Latar fisik yang terdapat dalam novel Shiosai (Senandung Ombak), meliputi tempat dan waktu. Tempat diUtajima, pantai Taman, gua di tanjung Benten, rumah, pemandian umum, mercusuar, kuil Yashiro, gunung Higashi dan kuburan. Waktu : musim panas, musim semi, musim salju, saat senja, saat badai.
Latar spiritual yang terdapat dalam novel Shiosai (Senandung Ombak), meliputi adat istiadat, kepercayaan dan tata cara. Adat istiadat yaitu ojigi, pergi ke sentô dan latihan samudra. Kepercayaan yaitu kepercayaan pada Tuhan, kepercayaan diri sendiri dan kepercayaan pada orang lain. Tata cara yaitu sikap saling tolong menolong, saling sapa dan kepekaan membaca situasi secara alami (waktu, cuaca, naik turunnya air laut dan sebagainya).
Sikap tokoh terhadap alam adalah positif, karena alam memberinya hidup dan penghidupan yang
baik. Sikap itu antara lain berupa kepuasan, bersahabat, menyatu dengan alam, kehendak kuat dan pantang menyerah. Dengan mengetahui gambaran latar dari suatu karya sastra, kita dapat menambah pengalaman dan informasi mengenai tempat atau hal-hal baru yang belum pernah didengar atau dilihat.
Comments
Post a Comment