konsep Tercemar dan suci menurut Masyarakat Jepang
dalam
buku Japan, Profile of a Nation(Aoki, 1994 : 204), pengertian akan
kesucian dan kekotoran (Kegare) serta cara melaksanakan upacara penyucian
(Harae/Misogi) di Jepang memiliki pengaruh yang luar biasa dan telahmenyebar
sebagai suatu kebudayaan yang utuh.
Harae
adalah istilah lama untuk banyak hal dari upacara penyucian Shinto atau
penebusan dosa yang datang dari kata kerja harau yang artinya
membersihkan, menyucikan, atau mengusir roh jahat.
Sekarang ini orang lebih
banyak mengucapkan sebagai harai. Harae adalah salah satu upacara terpenting
dalam Shinto dan berbagai bentuk telah berkembang, namun pada umumnya
ada tiga metode dasar dari harae, yaitu:
Yang pertama dan bentuk biasa yang
paling umum diselenggarakan oleh seorang pendeta Shinto dengan cara mengibaskan
tongkat penyucian (Haraigushi) di atas kepala dari kiri ke kanan dan kembali
ke kiri. Kadang-kadang ranting kecil dari pohon sakral sakaki maupun
onusa digunakan sebagai pengganti haraigushi.
Yang kedua disebut misogi. Ini lebih umum dihubungkan kepada kessai , yang berarti penyucian dengan
air. Penyucian ini dijalankan melalui aktivitas yang mendalam seperti latihan
pernapasan, berdiri di bawah air terjun atau membenamkan tubuh di laut atau
sungai.
Yang ketiga imi. Ini kontras dengan kedua tipe penyucian yang
telah disebutkan, yang mana memerlukan pembersihan dari kekotoran atau kenajisan
dengan sebuah tindakan penyucian yang sebenarnya atau secara simbolik.
Salah
satu model penyucian yang menarik lainnya adalah Yakubarai. Kadang-kadang terjemahannya disalahartikan menjadi exorcism, dalam bahasa
Indonesianya pengusiran roh jahat. Dalam agama Shinto, Yakubarai semata-mata
menenangkan roh (kami) yang kesusahan (troublesome kami) akibat gangguan kecemaran.
diambil dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17140/8/Chapter%20I.pdf.txt
diambil dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17140/8/Chapter%20I.pdf.txt
Comments
Post a Comment